Kamis, 22 April 2010

Peristiwa Priok, 14 April 2010

Kerusuhan yang dipicu oleh rencana penertiban lahan kembali terjadi. Bahkan kali ini korban yang timbul akibat kerusuhan lebih besar. Baik korban jiwa juga harta benda. Dikabarkan 2 orang meninggal ( ada berita lain menyebutkan 3 orang ) yaitu anggota dari Satpol PP, dan puluhan orang lainnya luka-luka ( berat dan ringan ). Sedangkan kerugian material berupa puluhan kendaraan bermotor dan beberapa alat berat. Kebanyakan yang rusak dibakar adalah kendaraan dan perlengkapan milik Satpol PP. Meski ada juga milik masyarakat awam yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa ini, termasuk pengerusakan kantor Bea dan Cukai di pelabuhan Tj. Priuk. Apa permasalahan sebenarnya? Dalam tulisan ini tidak dicari siapa salah siapa benar. Namun mencoba mengurai permasalahan yang ada dan berharap ke depannya peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi.

Tugas Satpol PP memang membantu pemerintah daerah dalam melakukan penetiban dan pengamanan dalam pelaksanaan perda-perda yang diterbitkan oleh suatu pemerintahan daerah / kota. Saat ini banyak keluhan akan perilaku anggota Satpol PP, yang dianggap terlalu berlebihan. Meski harus diakui secara personal, tidak semua anggota Satpol PP bisa dinilai demikian. Anggota Satpol PP juga manusia, sama seperti kita semua. Mereka bergerak karena ada perintah atasan. Dan atasan sendiri juga memerintah karena adanya instruksi dari pemimpin daerah. Jadi?
Kembali ke semula bahwa di sini tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, namun lebih ke arah kenapa peristiwa ini harus terjadi. Jujur saja penulis juga baru tahu ada sengketa makam mbah Priok ketika peristiwa itu terjadi. Dan dari bberapa berita yang beredar, baik di media cetak, televisi dan media internet, ada beberapa versi mengenai sengketa ini. Ada yang bilang ini bukan penggusuran makam namun hanya penertiban bangunan di sekitar makam. Ada berita juga kalau makam mbah Priok sudah dipindah ke TPU lain dan ahli warisnya telah menerima ganti rugi. Namun, kepastian fakta mana yang benar tidak sampai di telinga masyarakat setempat.

Setelah peristiwa kerusuhan terjadi dan banyak memakan korban, maka sudah bisa ditebak kalau masing-masing pihak saling membenarkan diri, dan merasa apa yang dilakukannya adalah benar. Dan yang penulis heran, sehari setelah kerusuhan, langsung dilakukan rekonsiliasi dan ajaib langsung tercapai kesepakatan. Nah, kenapa rekonsiliasi - mediasi itu tidak dilakukan sebelumnya? Kenapa hal ini selalu terjadi dan kita baru sibuk setelah kejadian? Harusnya pihak pemerintah sebelum melakukan sesuatu, bahkan atas dasar menegakkan peraturan pun kita tidak boleh gegabah mengambil tindakan. Terlebih kita ketahui kalau setiap minggu ada kegiatan pengajian di lokasi makam mbak Priok. Jadi dalam hal ini, kita wajib melihat kultur masyarakat setempat.

Dalam hal melakukan penertiban demi kebaikan bersama, mungkin kita perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota Solo. Sebelum melakukan penertiban dengan merelokasi pedagang kaki lima, pemda Kota Solo telah melakukan persiapan - persiapan termasuk rencana tempat baru dan fasilitas-fasilitasnya. Dan sebelum rencana relokasi itu disampaikan - diumumkan ke masyarakat, pemda kota Solo memanggil para pedagang yang akan direlokasi dengan undangan makan siang gratis di Balai Kota. Tidak hanya sekali tapi hingga 54 kali. Setiap selesai jamuan makan, tidak ada pernyataan apapun yang disampaikan, sehingga menimbulkan teka-teki dari para pedagang. Hingga ketika jamuan yang terakhir disampaikan maksud dan tujuan, namun para pedagang juga diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran / masukan.

Hasilnya, relokasi sukses dan bahkan dilakukan dengan kegiatan berupa kirab massal. Dalam hal ini, pemda Kota Solo tidak hanya merelokasi pedagang, tapi jga menyiapkan tempat baru yang lebih layak, dan menyediakan jalur angkutan umum dan sebagainya sehingga pedagang masih kedatangan para pembeli.
Mengambil contoh dari apa yang dilakukan pemda kota Solo, hendaknya setiap pemda juga bisa mengambil langkah-langkah preventif dan kooperatif dalam melakukan penertiban. Sehingga kejadian - kejadian seperti peristiwa Priok bisa dihindari. Dan dengan langkah - langkah seperti ini, secara tidak langsung akan merubah pandangan masyarakat akan Satpol PP dan Pemerintah daerah / kota itu sendiri.

Kamis, 09 Juli 2009

Pemerintahan Baru

Alhamdulillah, pemilihan presiden 8 Juli kemarin berlangsung dengan aman dan lancar - lancar saja. Meski tidak dipungkiri masih ada beberapa kendala. Bersyukur Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan penggunaan KTP sebagai bukti pengganti surat C4 bagi warga yang tidak terdaftar di DPT.

Melihat hasil perhitungan Quick Count, hampir dipastikan pasangan SBY-BUDIONO yang akan terpilih menjadi pasangan Presiden - wakil presiden periode 2009 - 2014. Selamat untuk beliau berdua. Semoga pasangan ini bisa membentuk pemerintahan yang lebih baik, lebih transparan dan pro rakyat. Bahkan saya senang dan gembira membaca bahwa pak SBY bisa dan sangat mungkin untuk menerapkan beberap program ekonomi yang ide-idenya berasal dari pak JK dan ibu Mega.

Mari kita sebagai rakyat, mendukung sepenuhnya pemerintahan yang akan datang, untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, yang lebih sejahtera.

Sabtu, 25 April 2009

Sepanjang Tebet - Depok

Sudah 2 bulan ini saya menjalani kegiatan dengan menggunakan KRL dengan jalur Tebet - Depok pp. Berangkat pagi dari Tebet dan pulang malam harinya dari Depok. Bersyukur karena jalur ini berlawanan arah dengan jalur pekerja ( dari Bogor - Kota ) yang sangat padat pada pagi hari dan malam hari.
Saya pernah mencoba semua jenis KRL yg ada, ekonomi, AC ekonomi maupun Ekspress. Ya semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing - masing. Baik dari harga tiket, jam keberangkatan maupun kenyamanan. Dan yang paling unik, tentu saja fenomena yang akan kita temui pada KRL ekonomi. Apa itu? Ada pedagang asongan, yang bagaimanapun juga membantu kita bila sedang kehausan,lapar atau mau beli sesuatu. Meski kadang - kadang bila penumpang sedang penuh, keberadaan pedagang ini sangat mengganggu.
Selain itu, adanya "hiburan". Baik dari pengamen yang asal "bersuara" atau yang mini konser dengan membawa peralatan musik dengan pengeras suara. Ya, menurut saya semua ini cukup menghibur. Namun ada satu hal yang cukup mengganggu, yaitu keberadaan pengemis, apapun itu motif dan caranya. Meski tidak memaksa kita untuk memberi, tetapi hal ini sangat mengganggu. Saya nggak tahu, apakah pengelola jasa transportasi ini pura-puranggak tahu atau gak mau tahu. Memang sempat ada penertiban, tapi itu hanya sebagai syok terapi saja. Selebihnya ya kembali seperti semua.
Bagaimanapun juga, mereka para pengemis dan sebagainya perlu diperhatikan. Seyogyanya pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk penanganan masalah seperti ini. Toh mereka juga bagian dari rakyat Indonesia yang secara hukum berhak menikmati apa yang ada pada negara ini. Semoga saja, ke depan pemrintah bisa lebih peduli.

Selasa, 31 Maret 2009

Dua minggu yang melelahkan

Sudah dua minggu ini aktifitas benar-benar padat. Kerjaan kantor dan proyek yang sudah mulai berjalan harus dikerjakan keduanya bersamaan. Pagi aktifitas di kantor, siangnya menuju ke proyek. Lumayan juga, Cawang - Cibubur pp tiap hari. Benar - benar capek. Meski ada rasa senang karena tiap hari bisa naik kereta KRL, Depok - Tebet.

Yang membuat capek bukan perjalanan Cawang - Cibubur pp. Melainkan tekanan psikis akibat belum adanya juklak di proyek. Hampir semua prosedur belum baku, orang jawa bilang "grambyangan", grudak-gruduk. Akhirnya malah kebanyak mikirin yang gak perlu.

Sekarang proyek sudah benar - benar akan mulai, artinya kesibukan yang sesungguhnya akan segera terasa. Setelah lebih dari 2 tahun tidak mengikuti aktifitas di proyek, sekarang saatnya kembali ke dunia yang dulu.

Dua m inggu yang melelahkan tidaklah akan segera berakhir. Namun sekarang adalah awal dari hari-hari yang melelahkan, selain aktifitas di lapangan, juga mobilitas yang tinggi. Berharap tetap dalam kondisi yang fit, agar semunay berjalan dengan lancar.

Minggu, 01 Februari 2009

Sehari menjelajah dengan KRL

Sedang sumpek karena rutinitas pekerjaan, akhirnya ada ide untuk santai dan refrehing.Kebetulan saya suka dengan kereta api, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan KRL. Saya pun menghubungi teman se-kampus yang kebetulan juga seorang railfans dan lagi - lagi kebetulan juga sedang sumpek. Akhirnya sepakat, jalaur yang ditempuh adalah Tebet - Bogor - Jakarta Kota.

Maksud dari kegiatan ini adalah selain menghilangkan berbagai kesumpekan, juga merupakan kegiatan pertama sebagai seorang railfan. Dan supaya lebih afdol, maka disepakati untuk mencoba menaiki segala macam jenis KRL, baik dari yang KRL ekonomi, ekononi AC dan Ekspress AC. Perjalanan dimulai dari Tebet ke arah stasiun Pasar Minggu untuk bertemu dengan teman. Perjalanan menggunakan KRL Ekonomi. Setelah bertemu dengan teman, perjalanan di lanjutkan ke stasiun UI Depok juga dengan KRL ekonomi. Di stasiun UI Depok kami sengaja berhenti karena ada tujuan untuk mengunjungi Railshop. Di sini kami membeli beberapa majalah kereta api, sayangnya miniatur Lokomotif tidak ada dijual.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Bogor. Kali ini kami menaiki KRL AC ekonomi. Lumayan beda dan lebih nyaman serta lebih manusiawi. Tidak lama, kami pun sampai di stasiun Bogor. Tujuan pertama adalah mengunjungi depo KRL Bogor. Setelah istirahat sholat dhuhur dan makan siang,perjalanan kami lanjutkan ke stasiun Jakarta Kota. Setelah mencoba KRL ekonomi dan ekonomi AC, akhirnya giliran KRL Pakuan Ekspress. Perjalanan ke stasiun Jakarta KOta ditempuh kurang lebih 1 jam. Di dalam KRL yang nyaman, bersih, kami sempat mengobrol banyak dengan pak kondektur. Sore hari hari kami tiba di stasiun KOta.DI sini saya berpisah dengan teman.Saya pulang dengan menaiki KRL ekonomi AC melewati stasiun Senen, sedangkan teman saya kembali ke Pasar Minggu.

Sungguh hari yang melelahkan namun menyenangkan. Tujuan lain kali adalah menjelah ke Bandung dengan KA Parahyangan dan KA Argo Gede. Mau gabung? Berikut beberapa gambar dari penjelajahan Tebet - Bogor - Jakarta Kota.


"Di depan depo KRL stasiun Bogor"


"Di depan KA Bumi Geulis,yang melayani trayek Bogor - Sukabumi pp"


"Di stasiun Bogor"


"Bersama pak Djodjon,kondektur KRL Pakuan Ekspres. Sebentar lagi beliau pensiun."


"Potret penumpang kita, nekat dan mengindahkan keselamatan sendiri"

Jumat, 30 Januari 2009

Sinetron dan pembodohan penonton

Saat ini di layar kaca banyak sekali ditayangkan sinetron - sinetron dan kebetulan jam tayangnya pada waktu utama ( prime time ). Yang menjadi permasalahan adalah tema dari sinetron tersebut. Kebetulan, meski tidak secara intens menyaksikan, saya bisa mengambil kesimpulan kalau tema nya benar2 kurang mengandung pembelajaran. Dalam arti, porsi antara pesan positif dan negatif tidak berimbang. Produser lebih mengedapankan memasang artis terkenal, meski temanya tidak tepat tapi yang penting mengundang banyak pemasang iklan. Benar - benar berorientasi bisnis.

Tema - tema yang disusung kebanyakan mengumbar kesedihan. Pelaku utama diskenariokan hidup terlunta - lunta dari awal sinetron hingga mendekati akhir sinetron. Meskipun berakhir happy ending, namun penonton disuguhi dengan kejadian - kejadian yang menurut tidak masuk akal. Sebagai contoh, bila ada suatu tindakan kriminal, disini peran polisi seperti dilupakan. Kalaupun dimunculkan, kadang - kadang polisi tidak ditampilkan dengan sebagimana mestinya.

Selain itu, tema - tema yang diusung kebanyakan mengumbar kesedihan, tangis, kelicikan dalam menguasai harta dan sebagainya. Dan kebanyakan tema - tema yang diusungpun kadang - kadang juga mengadopsi dari tanyangan luar negeri. Kenapa kita tidak berusaha membuat sinetron yang mengandung pembelajaran seperti sinetron Si Doel Anak Sekolahan, Kiamat Sudah Dekat? Cerita yang diangkat benar - benar mewakili kehidupan dari kebanyakan kondisi masyarakat Indonesia. Dan benar - benar natural. Dan ternyata sinetron ini juga mendatangkan banyak pemasang iklan.

Dan saya pribadi berharap, Komisi yang bertugas mengawasi semua tanyangan televisi dan juga badan sensor lebih tanggap dan selektif dalam menyikapi hal ini. Lolos tidaknya sensor bukan karena bebas dari unsur SARA, porno saja. Tapi juga efek dari tanyangan ini. Kalau lebih banyak bersifat pembodohan, apakah juga diloloskan?

Kamis, 29 Januari 2009

Kekalahan menyakitkan

Rutinitas tiap hari Rabu, sepulang kerja adalah main futsal bersama teman - teman kantor. Rabu kemarin sebenarnya masih bimbang apakah ikut bergabung atau tidak. Maklum, badan masih belum fit sehabis sakit. Tapi karena sudah 2 minggu tidak bermain dan hasrat untuk mencoba sarung tangan kiper baru, akhirnya maksain ikut bergabung.

Karena dari siang belum sempat makan, saya sempatkan makan dulu selepas maghrib. Habis makan langsung menuju lokasi lapangan futsal. Ternyata masih sepi, akhirnya nunggu sebentar. Dan akhirnya jam 19.10 udah mulai ngumpul dan saya pun ikut pertandingan yang pertama. Dengan semangat 45 ( maklum pingin nyobain sarung tangan kiper baru ) saya pun masuk ke lapangan. Eeee ternyata tim yang bertanding gak sebanding. Akhirnya jadi bulan - bulanan deh.

Akhirnya pengalaman pertama pakai sarung kiper baru menjadi sesuatu yang menyakitkan. Karena selama bermain futsal tidak pernah kalah, alias selalu menang. Namun malam ini pertandingan berkesudahan dengan kekalahan. Yang menyakitkan hati, sebagai seorang penjaga gawang, saya harus rela dan pasrah karena kebobolan 6 gol. Sebuah kekalahan yang menyakitkan.